Rabu, 14 Desember 2011

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

Bagan Sistem Reproduksi Manusia


Proses Pembentukkan Sel Kelamin
(Gametogenesis)

Gametogenesis terdiri dari : 
1. Spermatogenesis

2. Oogenesis


TEMPAT TERJADINYA SPERMATOGENESIS


Pabrik sperma adalah testis.

TEMPAT TERJADINYA OOGENESIS

Pabrik sel telur adalah Ovarium.


Spermatogenesis

   Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma yaitu proses yang berlangsung terus menerus pada jantan dewasa. 

gambar sperma


Tahapan-tahapan Spermatogenesis




TAHAPAN-TAHAPAN SPERMATOGENESIS

1.Sel primodial berkembang menjadi spermatogonia yang diploid
2.Spermatogonia membelah secara mitosis menjadi Spermatosit primer diploid
3.Spermatosit primer membelah secara meiosis I menjadi spermatosit sekunder haploid .
4.Spermatosit sekunder membela secara meiosis II menjadi spermatid  haploid
5.Spermatid akan berkembang menjadi sperma haploid

Proses pembentukan sperma manusia dipengaruhi oleh hormon-hormon berikut ini.
FSH (Follicle Stimulating Hormon) : Memicu pembentukan sperma secara langsung, FSH memacu sel sertoli untuk menghasilkan ABP  (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis
LH (Luteinizing Hormon) untuk menghasilkan hormon testosteron
Hormon Testosteron berperan dalam pembentukan spermatosit sekunder

Oogenesis


Oogenesis adalah proses perkembangan telur (sel telur dewasa yang belum dibuahi)

Gambar Hasil Akhir Oogenesis (ovum)

Tahapan-tahapan Oogenesis



TAHAPAN-TAHAPAN OOGENESIS
  1. Produksi ovum atau sel telur dimulai dengan mitosis sel germinal premodial  dalam embrio, yang menghasilkan oogonia diploid
    2.  Oogonium yang diploid akan berkembang menjadi oosit primer yang juga diploid
  3. Oosit primer akan mengalami pembelahan meiosis I dan menghasilkan Oosit sekunder dengan ukuran yag lebih besar dan badan polar I dengan ukuran yang ledih kecil
   4. Oosit sekunder akan mengalami meiosis II menjadi ootid dan badan polar II. Badan polar  I juga akan berkembag menjadi badan polar III dan IV
     5. Ootid akan berkembang menjadi ovum yang haploid


Proses pembentukan sperma manusia dipengaruhi oleh hormon-hormon berikut ini.
  •      FSH (Follicle Stimulating Hormon) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum
  •        Esterogen berfungsi merangsang sekresi hormon LH
  •      LH (Luteinizing Hormon) berfungsi merangsang terjadinya ovulasi ( proses pematangan sel ovum)
  •      Hormon progesteron berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH.  Progesteron berfungsi dalam penebalan dinding rahim atau endometrium, sehingga ovum yang terbentuk bisa melekat


Beda Meiosis dan Mitosis

Kamis, 01 Desember 2011

PUTERI KEPRI 2011

Pada kali ini kita akan me-review tentang Ajang Pemilihan Puteri Kepri. Pada tahun 2011 ini ada yang berbeda, soalnya baru tahun ini di adakannya ajang pemilihan yang bersifat terbuka dan di geber-geber kan di media massa. So, semua orang bisa tahu tentang informasi ajang pemilihan di koran-koran dan spanduk-spanduk yang tersebar dimana-mana.

Penyisihan awal menghasilkan 15 finalis puteri kepri, yang salah satu yang terbaik di antaranya mewakili provinsi Kepri di Ajang Pemilihan Puteri Indonesia 2011.
nih dia foto ke 15 finalis PUTERI KEPRI..

Ini pada saat pemilihan awal
di Gedung Aisyah, Tanjungpinang

Foto bersama dengan seluruh panitia di MM agency sebelum cau 
ke Nirwana Resort, Lagoi, Bintan Island
(di depan ada kak mei, kak adibuana, kak ika pendiri MM agency)



Foto bersama Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri
dalam kunjungan ke kantor Gubernur Kepri

nah, ini dia pas lagi di Nirwana Beach, Lagoi
 Ada kak garing juga loh (yg berkaca mata dan paling cute diantara semuanya)


Pada saat hari penentuan kak Qory Sandioriva (Puteri Indonesia 2009) 
menyanyikan sebuah lagu

 


dan Novrianti (kak vivi) dari batam terpilih menjadi Puteri Persahabatan




dan ini dia foto bersama 15 finalis PUTERI KEPRI di akhir acara
bersama Pemenang Puteri Kepri 2010 
dengan Perolehan :
 juara 1 : Bella Fatma Pratiwi
Runner up 1 : Iin Sartika
Runner up 2 : Dwi Artha Kamandhani Putri
Harapan 1 : Visca Anggrainy
Harapan 2 : Rina Syafitri

Selasa, 29 November 2011

PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Metode Pemeriksaan
Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang men -fokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan berdasarkan semua indera tersebut secara simultan untuk membentuk informasi yang koheren. Teknik-teknik tersebut secara keseluruhan disebutsebagai observasi/pengamatan, dan harus dilakukan sesuai dengan urutan di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang telah diperoleh sebelumnya. Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau tingkat keparahan gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen yang diperiksa.

INSPEKSI
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Sebagai individu-individu, kita selalu menilai orang lain setiap hari, membangun kesan pada pikiran kita mengenai orang lain, memutuskan apakah kita menyukai atau tidak menyukai mereka, dan secara umum akan tetap bersama mereka atau sebaliknya menjauhi mereka. Yang tidak kita sadari, sebenarnya kita telah melakukan inspeksi.

Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera tersebut, baik disadari maupun tidak disadari, dan membentuk opini, subyektif dan obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis dan terapi. 


Pemeriksa yang telah melakukan observasi selama bertahun-tahun (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai persepsi intuitif mengenai sumber/penyebab
masalah kesehatan pasien segera setelah melihat pasien. Karena inspeksi umum digunakan pada interaksi dengan pasien sehari-hari pada berbagai situasi di apotek, maka teknik ini merupakan metode yang paling penting yang harus dikuasai pada praktek kefarmasian.

PALPASI
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. 


Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada ruang tubuh. Pemeriksa yang ahli akan menggunakan bagian tangan yang paling sensitif untuk melakukan setiap jenis palpasi. Pads atau ujung jari pada bagian distal ruas interphalangeal paling baik digunakan untuk palpasi, karena ujung saraf spesifik untuk indera sentuh terkelompok saling berdekatan, sehingga akan meningkatkan kemapuan membedakan dan interpretasi apa yang disentuh. Pengukuran kasar suhu tubuh paling baik dilakukan memggunakanbagian punggung (dorsum) tangan. Posisi, ukuran dan konsistensi struktur dapat ditentukan secara paling efektif menggunakan tangan yang berfungsi untuk meraih atau memegang. Struktur individu dalam rongga tubuh, terutama dalam abdomen/perut, dapat dipalpasi untuk mengetajui posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas. Tangan juga dapat digunakan untuk mendeteksi massa atau mengevaluasi cairan yang terkumpul secara abnormal.

Vibrasi/getaran dapat mudah terdeteksi oleh permukaan telapak tangan, sepanjang persendian tulang metakarpophalangeal (MCP) atau aspek ulnar digit kelima dari pergelangan tangan ke sendi MCP. Area ini dapat mendeteksi getaran dengan baik, karena suara dapat lewat dengan mudah melalui tangan. Untuk area mana saja yang dinilai, akan sangat bermanfaat jika menggunakan palpasi dalam, medium atau ringan.

Pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat menoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan gerakan sirkuler/memutar. Palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.

PERKUSI
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.  Terdapat lima macam perkusi seperti yang tercantum di bawah ini:

Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara (misalnya paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan panjang daripada struktur yang lebih padat (misalnya otot paha), yang menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek. Densitas jaringan atau massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi akustik menyerap suara pada ruang “kedap suara”.

Ada dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh, dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara ruas interphalangeal
proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat, agar tidak menyerap suara.

Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan tangan. Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.

AUSKULTASI
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. 

Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. 

Auskultasi dilakukan dengan stetoskop Stetoskop regular tidak mengamplifikasi suara. Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus yang mengamplifikasi suara juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah. Yang penting diperhatikan adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18 inci.

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI DAN BALITA

Pemeriksaan fisik pada bayi terdiri atas beberapa hal yang menyangkut fungsi pada sistem tubuh bayi.


Pemeriksaan fisik pada bayi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi. Adapun petneriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain sebagai berikut:



Hitung Frekuensi Napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.

Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk inengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.



Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan Stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan vang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit, dalam keadaan normal apabila di atas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres.



Ukur Suhu Aksila
Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius.



Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya kejang/ spasme, serta tremor. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi fleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.



Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran di mana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tones otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.



Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.



Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepult), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya main popok (bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum(titik merah dan pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.



Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini unluk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.



Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut:



1. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung.


2. Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura,dan apabila menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses penutupannya setelah usia 2 bulan, dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.


3. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sem purna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.


4. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.


5. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.


6. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.


7. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.




Pemeriksaan Abdomen dan Punggung
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).



Pengukuran Antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang Bari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan bavi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia. Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.



Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan sstu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebaruya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsinn penis.



Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah. Adanya perdarahan per vaginam pada bayi baru lahir dapal terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.


1.    Pemeriksaan fisik bayi

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi  baru lahir, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
·       Bayi sebaiknya dalam kead aan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
·      Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur   yang memerlukan  observasi ketat dulu.
·       Pemeriksaan yang mengganggu bayi seperti pemeriksaan refleks dilakukan pada tahab akhir .
·      Bicara lembut, pegang tangan bayi diatas dadanya atau lainnya

2.    Penilaian Apgar Score

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit .

 3.       Pengukuran Antropometri

Cara:

a.       Lakukan pengukuran berat badan, panjang  badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
b.      Lakukan penilaian hasil pengukuran :
1.       Berat badan bayi baru lahir normalnya 2500 sampai 4000gr
2.       Panjang badan normalnya 45-50cm
3.       Lingkar kepala normalnya 33-35cm
4.       Lingkar dada normalnya 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocepalus dan apabila kurang dari 3cm maka bayi disebut microsepalus.


 4. Pemeriksaan Kepala

 Cara : 

a.       Lakukan inspeksi daerah kepala
b.      Lakukan penilaian pada bagian kepala, diantaranya :

1.       Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetris atau tidak
2.       Ada tidaknya caput suksedanum, yaitu edema dikepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tegas  dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari
3.       Ada tidaknya cephal hematome, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak   pada hari pertama karena tertutup oleh caput. Akan hilang dalam waktu 2-6 bulan.
4.       Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena  pecahnya vena yang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas.
5.       Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan menutup setelah 2 bulan sedangkan fontanel anterior menutup  pada usia 12-18 bulan.

  5. Pemeriksaan Mata
  
Cara :
a.       Lakukan inspeksi daerah mata
b.      Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :

1.       Strabismus, dengan cara menggoyangkan kepala secara pelan-pelan sehingga mata bayi akan  terbuka
2.       Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya kurang
3.       Slindrom down, ditemukan epicanthus melebar
4.       Glukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea
5.       Katarak congenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

6.            Pemeriksaan Telinga

                          Cara pemeriksaan pada telinga adalah dengan membunyikan  bel atau suara,apabila  terjadi reflek maka pendengarrannya  baik,kemudian  apabila tidak terjadi reflek maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

7.    Pemeriksaan Hidung

Cara:

a. pernafasan,apabila bayi  bernafas melalui  mulut maka kemumgkinan bayi mengalami obstuksi jalan nafas karena adanya antresiakona bilateral,frakltur tulang hidung,atau ensefalokel yang menonjol  ke nasofaring.sedangkan pernafasan cuping hidung akan menunjukan gangguan pada paru.
b.Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat secret mukopurulen dan berdarah perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenitial dan kemungkinan lain.

8.   Pemeriksaan mulut

Cara:

a.       Lakukan inpeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut
b.      Amati warna, kemampuan reflek menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan congenital
c.       Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya disebut dengan monilea albicans
d.      Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen